Kerja

Kerja. Ya kerja, itu salah satu resolusi saya setelah lulus kuliah, tepatnya di penghujung tahun 2015. Euforia saat wisuda hilang 'blas' saat terbangun keesokan harinya. "Ngapain ya habis ini?" 3 bulan ngejomblo (read : ga ada pasangan kerjaan) lumayan bikin saya agak tertekan. Hmm. Seneng campur iri liat tementemen seangkatan udah pada dapet kerja settle. Atulah plis saya ga bodobodo amat kok, ipk lumayan laaah, pengalaman organisasi emg ga sebanyak tementemen yg lain sih, tapi .. tapi .. tapi .. - itu pikiran angkuh saya dulu.

Astaghfirullah, semoga ga terulang saya pernah seangkuh itu. Kalau dalam pandangan kacamata saya sekarang, hari ini tepat saya nulis ini di seat-1 Daytrans menuju Tangerang, saya menilai diri saya di saat itu adalah sungguh angkuh, arrogant, sombong bgt, kepedean, aslina! Ngga atau lebih tepatnya belum mendapatkan pekerjaan bukan berarti semua lalu lintas kehidupan saya ini hancur. Cuma pada saat itu, sungguh ga mikir realistis. Intinya cukup tertekan.

Lanjut, ke pembahasan saya cari kerja.
Di saat itulah saya mulai menurunkan kriteria pekerjaan impian saya, tidak harus BUMN, tidak harus perusahaan besar skala nasional-internasional. Cuma dalam hati kecil saya ttp menggarisbawahi, ingin kerja yg sesuai jurusan, ingin matkul dan tugas saya selama kuliah ga sia-sia.

Selama 3 bulan itu ayah saya rada prihatin ngeliat saya, yaudah sambil cari kerja tetap, coba dulu aja magang atau ikut outsourcing di kantor papa. Yaaa saya ga mikir panjang, soalnya saya pingin ada yg dikerjakan selama nyarinyari kerja tetap. Harapan awal tengah tahun 2016 sudah dapat pekerjaan.

Ya memang pasti sudah jalannya ya, sampai saya perpanjang kontrak (terhitung Januari 2016 sd Januari 2017) saya belum juga berjodoh dgn pekerjaan tetap.

Fyi, ini sering sekali terulang (used to), setiap kali saya apply pekerjaan. Saya menganggap ini semacam siklus. Apply - pengumuman lolos admin - serangkaian tes - pengumuman gagal - down > demam. Sebegitu tertekannya kah saya sampai tiap kali saya ga keterima kerja, saya demam, nangis sendiri, sedih sendiri. Astaghfirullah. Kalau boleh saya rekam jejak pencarian kerja, sudah ada (kuranglebih) 26 folder perusahaan yg saya apply. Itupun ada yg perusahaan yg saya apply sampai 3x. (Ini saya ga hitung yg random dtg ke jobfair (non univ) dan naruh cv). Ini yg saya anggap serius saja.

Singkat cerita. Tepat tak lama setelah saya berulangtahun di tahun  2017, alhamdulillah ya Allah. Saya diterima di pekerjaan yg saya geluti dan masih berjalan hingga saat ini. Saya kerja di salah satu badan usaha milik daerah. Ya alhamdulillah, saya, Putri Nur Annisa Rufaidah, akhirnya tertulis dalam list nama-nama peserta yang lolos seleksi akhir. EUFORIA!

Perusahaan apa? Perusahaan pengolahan, pendistribusian, pelayanan air minum (bukan AMDK, ini bahasan selanjutnya, lebih detail ttg jobdesk di sana). Hubungannya dengan kuliah? Sangat memiliki keterkaitan, matkul Pengolahan Air Minum ada di semester 3, plambing, hidrolika, perencanaan bangunan pengolahan juga ada, sistem penyaluran, lengkap! Lengkap sudah dengan tugas besarnya.
Saya mengerjakan proyek tugas di kantor pun serasa punya baceman dari tubes kuliah (Memang harus disesuaikan dgn kondisi Eksisting di lokasi pengembangan, tidak seideal tubes kuliah). Lokasi dimana? Tangerang, terhitung dekat dgn Rancaekek, tempat tinggal papaibu (dibandingkan saat kuliah sarjana :p).

Di situ saya sadar, bahwa Allah (ya rahman ya rahim) maha baik, maha pengabul doa dan melihat hambaNya, di saat waktu yg tepat, di saat hambanya benarbenar dalam kondisi siap, insyaAllah.
Jadi kalau semisal sekarang pas lagi byk proyek, deadline kerjaan numpuk, ingaat ingaat pas nyari kerja dulu, sekarang udah dapet, ngeluh? Kebangetan dasar!

Akhir kata, setiap orang, setiap mahasiswa, setiap wisudawan, setiap pencari kerja punya tantangan, cara, solusi dalam melanjutkan fase setelah bangku kuliah. Tidak bisa dinilai mana yang lebih berat tantangannya, mana yang lebih giat mencari solusinya. Semoga bisa menjadi cerita berwarna yg berharga dan bermanfaat buat kehidupan masingmasing anak cucu kita nanti. Sekian.

Comments