2665 mdpl

Sampai tulisan ini diposting ini titik tertinggi daratan yg pernah didaki, yaiyalah pertama kali. Bukan maksud jadi pendaki berkelanjutan, cuma iseng gimana rasanya. Dari kuliah tahun ke-2, kesampean pas umur 2 tahun bekerja. Teman kuliah ngajakin, dia tau level saya, yang notabene gapernah naik gunung, jadi tujuannya khusus pemula. 2665 mdpl, Gunung papandayan. Hasil googling, kalau Papandayan cocok untuk newbie macem saya. 

Pendakian ini sistemnya sharing cost, semua pengeluaran ditanggung bersama, mendaki bareng komunitas backpacker jakarta (BPJ). Berangkat ber27 tambah cp BPJ nya, tapi hebatnya cuma nambah temen 3 orang WKWK, itupun yang sekelompok.

Di situ juga baru tau kalau Papandayan ga ada puncak, ekspektasi summit di sepertiga malam buat liat sunrise, dan kenyataannya ga mungkin, karena puncaknya Papandayan sendiri adalah lahan datar, bisa lihat sunrise cukup di hutan mati, ga jauh dari lokasi kemah. Selama di tenda saya bingung, ini emang ga ada acara lagi ya? Cuma diem gini. Ya iya emang gini, istirahat, fotofoto lihat viewnya-begitu jawab teman saya. Oiya untuk mendaki papandayan ga perlu waktu lama, ga perlu ambil cuti Senin atau Jumat nya.

Singkat cerita, Minggu pagi tiba saat nya kembali ke basecamp tempat bus diparkir. Ini sih yang saya tunggu dari awal mulai mendaki. Kapan pulang. Rombongan BPJ ambil jalan yang beda saat turun gunung, ternyata eh ternyata ada tangga yang tembus langsung dari hutan mati ke kawah dekat basecamp, ini fix ya tempat wisata bukan mendaki gunung. Naik lebih dari 3 jam dan turun 2 jam kurang.

Oiya ada beberapa saran (dari saya yang baru pertama kali mendaki gunung tanggal 13 kemarin) untuk para newbie yang iseng nyobain naik gunung :
1. Olahraga. Olahraga buat persiapan pendakian, sekalipun itu tipe gunung khusus pemula. Oiya tupun olahraganya yang sesuai ya, jangan frekuensi dan instensitas ditinggiin tapi pilihan olahraganya kurang tepat. Kalau boleh share, saya terbilang cukup rutin olahraga, zumba. Ya Zumba!! (super excited kalau ngedenger kata ini). Zumba sejam lebihpun kuat sampe mandi keringat, baju basah bisa diperes. Tapi saat naik gunung, baru juga beberapa menit, napas udah ga karuan, gampang banget capek. Faktor beban carrier kali ya, mungkin.

2. Pelajari lokasi gunung yang akan dituju. Gausah bawa barang yang kirakira ga perlu, dan bawa barang yang ga perlu ditinggal di basecamp. Jadi pas ke Papandayan, lokasi berkemah di Pondok Saladah, di sana ada jual nasi goreng, pop mie, jadi barang bawaan macem nesting, beras, makanan mentah kayanya ga perlu dibawa, kecuali emg mau masakmasak di sana. Cukuplah mengurangi beban carrier di punggung. Dan di sana ada toilet lengkap dengan air jernih mengalir non stop, ga perlu ngegali lubang dan melipir. Saya kira beneran bakal ga mandi di sana, jadi semua perlengkapan mandi saya taruh di basecamp. Berhubung saya anti ga mandi kalau keringetan. Dan di sana habis mendaki, keringetan, ga mandi, zonk.

3. Packing yang benar. Ini sih menurutku barang bawaan wajib untuk mendaki: sleeping bag, matras (biar ga rembes kalau hujan, kecuali tendanya double atau bahkan triple layer bagian bawahnya), senter, jas hujan, baju ganti. Packing dari jauhjauh hari, dilipet rapi, ditata, baiknya tanya atau bahkan minta bantuan buat packing-in ke yang udah sering naik gunung. Saya ke sana bawa carrier 60 L, dan penuh, apalaahh, isinya bahkan barang pribadi, ga ada barang kelompok, sekalinya barang kelompok itu pun cuma bawa royco, 1 kg aja ga nyampe. Dan partner pendakian yang lain cuma bawa daypack, sekalinya carrier itupun 75 L dan bawa tenda kap 5 orang, wajar. Berasa saltum saya di sini. 

Kalau ditanya, mau dilanjut ga mendaki gunungnya? Dipikirpikir dulu lah yaa sebelum mengiyakan, untuk sekarang lebih prefer kegiatan di sekitaran tempat tinggal aja bukan alam terbuka. Eh kecuali kalau ga perlu angkut barang berat selama perjalanan dan asik selama di jalan

Comments