Berharap

Berharap. Ada dua hasil akhir dari sepenggal kata tersebut, sesuai maupun tidak. Berharap, punya andil besar dalam sikap sebuah makhluk, makhluk kecil sekalipun, saya ingat cerita seekor tikus. Ada tikus yg diletakkan pada genangan air dalam wadah di ruangan gelap gulita, akan terus berenang dan bergerak saat diberi seberkas cahaya di ujung ruangan, seolaholah cahaya tersebut akan menghantarkannya ke akhir perjalanan tsb, tikus itu berjuang terus dan terus berenang untuk mencapai akhir, tetapi sebaliknya tikus akan diam saat tidak ada cahaya tersebut, seakan akan tidak ada jalan keluar, tidak bergerak, tidak berjuang, diam, mati.

Harapan mungkin kata yang paling menggambarkan fungsi cahaya pada kisah tsb. Sebagai seorang manusia, bukan seorang tikus, saya utamanya, sangatlah bergantung dari sebuah pengharapan. Entah itu benar ataupun sebuah sikap ketergantungan. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, sepertinya harapan, ya harapan tinggi hanya mendatangkan  gejolaknya emosi berlebihan. Saat perjalanan dimulai, harapan memberikan gambaran (semu) akan akhir yg sesuai harapan, bagaimana bahagianya, euforianya nanti. Tetapi jika dihadapkan pada akhir yang tidak sesuai, ya begitulah sakitnya dapat dibayangkan.

Saya pribadi di sini mengambil hikmah dari kejadian akhirakhir ini yang sedikit kurang menyenangkan dan terlalu banyak berharap baik pada oranglain, maupun pada diri sendiri, bolehlah punya harapan, tapi bikin hati tetap happy itu lebih penting. Mungkin dalam jangka beberapa waktu ke depan, saya mengurungkan dulu sebuah pengharapan, hanya perlu menikmati hari. Sekian, bye harapan (for a while).

Comments