Resensi : Pergi

Buku kedua di Bulan Ramadhan. Sejujurnya novelnya sudah lama sekitar berbulan-bulan di atas meja kosan. Belum tertarik untuk dibaca, padahal seri sebelumnya, Pulang, justru kagum dengan kisahnya. Hingga di bulan ini, ada target khatam an, dimana butuh cerita yang ringan dan menarik, coba deh yang ini.
---
Judul Buku : Pergi
Penulis : Tere Liye
Co-Author : Sarippudin
Penerbit : Republika Penerbit
Tebal : 455 Halaman
Cetakan pertama April 2018

Novel ini merupakan lanjutan kisah novel Pulang. Perjalanan seorang anak yang tinggal jauh dari kota hingga menjadi seseorang di sebuah 'koloni' penggerak perekonomian. Dia bernama asli Agam, pada koloni ini dia lebih sering disebut bujang, dan berdasarkan salah satu kejadian di awal novel Pulang, si Babi Hutan juga merupakan panggilannya.

Di awali saat bujang sudah menjadi seorang Tauke Besar, pimpinan dari Keluarga Tong, salah satu keluarga atau koloni penggerak shadow economy. Bujang sedang dalam misi mengambil alat hasil penelitian (yang entah apa). Alat ini pun merupakan incaran keluarga-keluarga lain penggerak shadow economy, karena alat tersebut dianggap sudah tak bertuan, sehingga dalam misi ini pastilah penuh dengan aksi memukul, menembak, hingga menebas. Pada misi ini bujang bertemu seseorang yang (digambarkan dalam novel ini) 'super hebat', mengalahkan musuh yang banyak sambil bersenandung memetik gitar, dan jadilah dia sebagai pemenang hak milik alat tersebut, mengalahkan bujang salah satunya. Ada adegan dimana si pemenang alat ini berbincang dengan bujang, yang intinya bujang merupakan adik darinya. Hal ini membuat bujang bertanya-tanya, langsung terhadap inti poin cerita, bapak pernah menikah kah sebelum bertemu dengan mamak?

Kebingungan bujang pun teralihkan dengan adanya masalah lain dengan Master Dragon, salah satu pimpinan penguasa shadow economy di Hongkong (latar belakang permasalahannya ada di novel Pulang). Dimana Master Dragon secara terang-terangan menyerang maskar besar Keluarga Tong, yaitu dengan cara menaruh bom di areal basement gedung pusat ekonomi Keluarga Tong, sekali meledak gedung pun runtuh.
Pada misi melumpuhkan Master Dragon, bujang melakukan kerja sama dengan 2 keluarga penguasa Shadow Economy lainnya. Sekilas tentang penguasa Shadow Economy, diceritakan dalam novel ini terdapat 6 keluarga besar. 3 merupakan kubu Master Dragon, yaitu Keluarga Lin dan keluarga El Paco (kalau tidak salah). Hal ini yang membuat bujang perlu menggaet dua keluarga lainnya, Yamaguchi di Jepang dan Bravta di Rusia.

Berseling dengan pertanyaan dalam benak bujang sebelumnya, terkait kakak yang entah dari mana berasal. Ternyata singkat cerita memang benar bahwa bapaknya, Samad (nama asli bapak bujang) pernah menikah sebelumnya dengan penyanyi Spanyol, tanpa pernah tau bahwa Samad memiliki seorang anak hasil perkawinannya tersebut, yaitu kakak tiri bujang itu sendiri. 

Selama pencarian itu, bujang mendapat surat-surat kaka tirinya tersebut di masa lalu, yang secara detail (?) menceritakan perjalanan cinta ibunya, seorang penyanyi Spanyol dengan Samad.

Beralih  lagi ke masalah dengan Master Dragon. Setelah bujang dan koloninya berhasil melumpuhkan kubu Keluarga Lin dan El Pacho, target selanjutnya adalah Master Dragon. Pertarungan dengan Master Dragon tidak diceritakan secara detail dan terperinci, seperti dalam novel sebelumnya, Pulang, yang justru menurut saya cerita detail lah sisi menariknya. 

Akhir cerita di novel digambarkan dengan alur lebih cepat dibanding kejadian-kejadian sebelumnya, dan juga dibuat menggantung dan agak sedikit membuat saya berkata, laaah kok bisa.

Opini
Saya jauh lebih suka seri sebelumnya, Pulang, yang lebih menguras emosi, apalagi saat ada penggalan surat mamak dan bapak, menegangkan sisi pertarungannya karena setiap kejadian diceritakan rinci, bagaimana cara dia memukul, terluka, dan lain sebagainya, cukup banyak penjelasan terkait istilah-istilah yang sebelumnya saya tidak paham. 

Sedangkan di novel Pergi, memang membuat penasaran di  setiap kejadiannya, gimana sih kelanjutannya, itu juga yang membuat saya menyelesaikan novel ini terbilang cepat. Entah itu skimming, contohnya pada part penjelasan kubu Bravta di Rusia, latar belakang kenapa dia bisa termasuk salah satu keluarga shadow economy, ya ! memakan banyak paragraf dan beberapa halaman. Hm.

Novel ini ringan untuk dibaca di kala santai, tidak perlu harus menganalisis isi ceritanya, karena sudah disajikan dengan kata yang mudah dipahami. Ya ! Bacaan ringan saat santai.

Comments