Resensi : Orang-Orang Proyek

Fyi, sudah selesai baca dari kurang lebih seminggu lalu, tapi baru sempat buat resensinya sekarang. Sampai kosan, tepar, langsung tidur. Oke lanjut.
---
Judul Buku : Orang-Orang Proyek
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pernah diterbitkan oleh Penerbit Jendela & Penerbit Matahari
Tebal : 256 Halaman
Cetakan ketiga April 2016

Awal mula tertarik membeli novel ini karena sampulnya, ya! Gambar di softcovernya. 6 buah helm proyek. Bermula dari iseng pergi ke Togamas Supratman, cari buku. Mana ya yang mesti dibeli, wishlist buku di goodreads, kurang begitu berguna, banyak yang nihil, stok kosong. Alhasil, cari yang first impressionnya kece! Novel Orang-Orang Proyek salah satunya.

Sebagai seseorang yang sekarang bergelut di salah satu bagian dari sebuah rangkaian proyek, lebih tepatnya di alur perencanaan, dan sebagian kecil pernah ikut di bagian pengawasan. Sebuah proyek bukanlah hal yang benar-benar asing di telinga. 

Novel ini menceritakan proyek pembangunan jembatan penyebrangan di salah satu desa. Sudut pandang proyek di novel ini sebagai pelaksana yang telah ditunjuk (walaupun ga diceritakan apakah penyedia ini menang tender atau 'ditunjuk'). Siapapun yang sudah ikut pelatihan pengadaan barang dan jasa, mungkin lebih paham.

Kabul, seorang insinyur sipil, merupakan pimpinan proyeknya. Diceritakan sebagai insinyur yang memegang teguh idealisme. Pekerjaan dan spesifikasi hasil pekerjaan harus sesuai baku mutu dan teori, karena hal tersebut dapat mempengaruhi umur bangunannya. Dia berada dalam serangkaian kondisi dilema, diantaranya,

Pertama, bosnya (insinyur Dalkijo) yang sering disebut 'koboi' sering menginterupsi dan mengendalikan cara kerjanya, yang memang itu menyalahi baku mutu, seperti penurunan spek besi tulangan, menggunakan tulangan rongsok bekas penggusuran proyek lain, waktu pembetonan yang dipangkas dari yang seharusnya. Atasannya ini selalu mengaitkan proyek ini adalah produk nyata dari HUT Partai GLM, yang dianggap sebagai pemegang pemerintahan, sehingga harus (istilahnya) diistimewakan, setiap keinginan harus dituruti. Ya! Insinyur Dalkijo ini salah satu kaki tangannya partai, lebih tepatnya tangan kanannya partai.

Kedua, masyarakat desa di sekitar Sungai Cibawor, dimana ada beberapa warga yang masih mengaitkan hal mistis dengan pembangunan, seperti tumbal proyek, di novel ini disebutkan diduga adanya korban yang tubuhnya dimasukkan dalam tiang pondasi. Hmm. Coba para sarjana teknik sipil bisa dijelaskan pro kontra adanya kepercayaan seperti di atas. Relate ga sih!

Ketiga, rekan kerja dan lingkungan di proyek, entah itu pekerja proyek; penjaja makanan dari Tegal di warung dadakan sekitar proyek; rekan alumni yang juga sebagai kepala desa di lokasi proyek ini diadakan. Tokoh-tokoh ini lebih banyak memberikan support dalam pikiran dan gagasan insinyur Kabul.

Akhir cerita di novel ini adalah sebuah keputusan Kabul terhadap kelangsungan proyek ini. Mudah ditebak kok keputusan Kabul seperti apa. Clue terpampang jelas di paragraf karakter Kabul.

Opini
Saya suka tema yang diambil, dunia proyek, andai ada novel sejenis yang diceritakan lebih rinci dan ringan dipahami para penggelut proyek, pasti IM LOVIN IT. 

Hmm, dari keseluruhan 256 halaman, menurut saya banyak menceritakan hubungan Wati dan Kabul. Ya! Ini cerita cinta bersemi di proyek, tapi jujur secara pribadi saya agak terganggu dengan selipan cerita yang porsinya terlalu banyak di novel ini. Banyak skip halaman. Mungkin baiknya (kalau sesuai selera saya) hanya sebagai selingan, dan porsinya jauh lebih sedikit dari tema utama novel ini, orang-orang proyek.

Tapi overall untuk ide tema utama novel ini, saya suka! Ada beberapa istilah baru dalam proyek yang saya dapat di novel ini. Jadi semisal di kantor ada penyebutan istilah, "aah iyaaa saya tau pak itu maksudnya ini kan pak? Seperti dalam novel, wkwk" (walaupun sebaiknya jauh lebih banyak disarankan banyak belajar di textbook, jurnal, serta peratutan setempat yang berlaku, yang relate dengan tahapan proyek)

Comments