Resensi : The Richest Man In Babylon

Terinspirasi dari postingan IG Jouska mengenai rekomendasi buku tentang finansial, berisi sebuah budaya mengatur keuangan pada zaman Babylonia, yang 'terbukti' masih bisa diterapkan pada zaman millenium ini. Kenapa bisa tertarik? posisi dimana saya sedang dalam mencari cara memanage finansial, sebagai newbie di dunia si penerima upah.
---
Judul Buku : The Richest Man In Babylon (Orang Terkaya di Babylon)
Penulis : George Samuel Clason
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Sebelum diterjemahkan, diterbitkan oleh Plume, an imprint of Dutton signet a division of Penguin Books USA Inc.
Penerjemah : Marcus P. Widodo
Tebal : 264 Halaman
Cetakan kedua September 2001

Buku ini menceritakan beragam kisah pada kehidupan zaman Babylonia. Ketika di kala itu sebagai negeri yang tandus, lembah datar yang gersang, nihil akan sumber daya alam, tidak memiliki hutan dan pertambangan, terletak di samping sungai Eufrat, menjadi sebuah negeri yang maju, benteng berdiri kokoh, tanah subur sebagai hasil rekayasa para insinyur Babylonia. Juga tak kalah menariknya, kisah kehidupan beragam manusia sukses di dalamnya. Kisah yang memiliki hikmah, dan sebuah contoh istimewa dari kemampuan manusia dalam meraih tujuan-tujuan besar.

Bermula dari Arkad. Seseorang yang dianggap orang terkaya di Babylonia, memiliki banyak harta, dan masih tetap mengalir dan makin menumpuk pundi-pundi emasnya, walaupun menurut sebagian orang, dia terlihat tidak bekerja maupun berladang yang sama kerasnya seperti yang mereka lakukan. Sedangkan dibalik itu semua, ternyata memiliki runtutan proses panjang yang telah berhasil ia lewati.

Beberapa hal yang saya pahami dari kisah Arkad ini adalah : sisihkan sepersepuluh bagian emas yang kau dapat sebagai tabungan; kebutuhan sehari-hari dan berkeluarga haruslah cukup dengan 70% emas yang didapat, tidak boleh lebih (Baca : kala itu emas dan perak merupakan alat tukar maupun upah sama halnya seperti uang pada zaman sekarang). Juga cari dan bekerjasamalah dengan orang yang berpengalaman di dalam bidangnya, dan berilah emas kepadanya lalu lihatlah emas itu akan beranak. Sederhananya dari kalimat di atas adalah tanamkan modal kepada pihak yang paham akan bidang yang ia kerjakan sebagai alat pemutar uang.

Kemudian, diceritakan juga hubungan antara dewi keberuntungan 'dewi fortuna', dan hubungannya dengan keadaan seseorang. Apakah dewi fortuna lebih banyak memberikan powernya di tempat berjudi atau dimanapun ia kehendaki. Hal yang menarik dalam bab ini adalah perlu digaris bawahi tidak ada orang yang sukses, arti kata merdeka secara finansial dengan cara berharap dan bertaruh mati-matian di meja judi. Dewi fortuna justru mendekati orang-orang yang berusaha keras dengan kemampuannya dan keahlian serta kedisiplinannya dalam mengatur diri dan finansialnya.

Juga dijabarkan cerita seseorang bijak dalam menyadarkan anak muda yang gemar memperhatikan dan mempertontonkan lifestylenya yang tergolong tinggi. Kisah perjalanan hidup dari seorang biasa yang karena kecerobohan kerabatnya menggadaikan dia menjadi seorang budak. Dan berkat kekuatan pikiran dan kerasnya usahanya, bisa membuat ia melebihi keadaannya di awal, menjadi orang dianggap berhasil oleh kalangan luas.

Opini
Buku ini cocok dengan tipe bacaan saya, tidak terlalu monoton dalam memberikan pelajaran  yang disampaikan, berupa poin-poin kaku. Tetapi lebih kepada menceritakan kisah yang secara tersirat maupun tersurat makna dan pelajaran bisa dipahami dengan mudah.

Menurut saya pribadi, tipe buku ini memberikan rasa puas semu, di kala selesai membaca, saya mendapat pencerahan banyak cara menuju merdeka dalam finansial. Justru realisasinya yang cukup rumit untuk diterapkan. Bukan rumit sih sebenernya, tapi diuji bagaimana konsistensi seseorang dalam menerapkan di flow chart finansialnya.

Ya! Buku ini memang rekomendasi yang baik, sesuai dengan ekspektasi saya. Saya suka. 

Comments